Asep Supriana Nugraha Pendaki Asal Cianjur Injakan Kakinya di Gunung Bawakaraeng Salah Satu Gunung Terindah Di Sulawesi Selatan

banner 120x600
banner 468x60

Sinjai, Sulawesi Selatan — Pada 2 Juni 2025 Seorang pendaki asal Cianjur, Jawa Barat, Asep Supriana Nugraha, menempuh perjalanan panjang menuju Sulawesi Selatan untuk mendaki Gunung Bawakaraeng—salah satu gunung yang disakralkan masyarakat lokal dan dikenal memiliki nilai spiritual tinggi.

Perjalanan Asep dimulai dari Kota Cianjur pada 25 Mei 2025. Ia singgah terlebih dahulu di Kota Makassar untuk mempersiapkan perlengkapan pendakian dan menetap di sana hingga 2 Juni. Dari Makassar, ia melanjutkan perjalanan selama enam jam menuju Dusun Tassoso, Desa Gunung Perak, Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai, yang menjadi titik awal pendakian.

banner 325x300

Dusun Tassoso dikenal sebagai salah satu jalur favorit menuju puncak Gunung Bawakaraeng karena waktu tempuhnya yang relatif singkat, yakni sekitar 8 hingga 10 jam. Asep, yang mendaki seorang diri, disambut hangat oleh masyarakat setempat.

“Mereka memberi makan, tempat istirahat, bahkan waktu untuk berbagi cerita di bawah langit senja. Sebuah keramahan yang langka di tengah kesibukan dunia luar,” ujar Asep saat diwawancarai di basecamp pendakian.

Gunung Bawakaraeng yang memiliki ketinggian 2.830 meter di atas permukaan laut, tidak hanya menjadi destinasi petualangan, tetapi juga tempat suci bagi sebagian komunitas lokal. Nama “Bawakaraeng” sendiri berasal dari bahasa daerah yang berarti “Mulut Tuhan”. Setiap tahun, gunung ini menjadi lokasi pelaksanaan ritual spiritual oleh beberapa kelompok masyarakat adat.

Selain melalui Tassoso, pendakian Gunung Bawakaraeng juga dapat dilakukan melalui jalur Lembanna di Kabupaten Gowa—jalur paling populer dengan fasilitas lebih lengkap, serta jalur ekstrem Bulu Balea yang diperuntukkan bagi pendaki berpengalaman. Jalur Lembanna memakan waktu sekitar 12 hingga 14 jam menuju puncak, dengan sepuluh pos pendakian dan panorama alam seperti hutan pinus serta Lembah Ramma di Pos 7.

Puncak Gunung Bawakaraeng ditandai oleh tugu triangulasi yang menjadi saksi bisu perjalanan ribuan pendaki. Asep berhasil mencapai puncak hanya dalam waktu 5,5 jam—jauh lebih cepat dari estimasi rata-rata. Ia mengungkapkan bahwa pendakian ini bukan semata soal fisik.

“Pendakian ini bukan hanya tentang menaklukkan ketinggian. Ini adalah perjalanan hati. Setiap langkah di Gunung Bawakaraeng, setiap tatap mata penduduk lokal di Tassoso, dan setiap desir angin di lereng-lereng sunyi menyampaikan pesan yang tak bisa diucapkan dengan kata-kata,” ungkap Asep penuh haru.

Ia berharap dapat kembali suatu hari nanti ke Tassoso, untuk menyusuri jejak yang sama dan kembali meresapi keheningan sarat makna di jantung Sulawesi Selatan.

 

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *